Kita sama-sama berteduh. Berdiri bersisian. Sesekali
menatap dalam lirikan, seakan segan ketahuan.
Menatap jalanan, menadah hujan turun perlahan,
kemudian bergumam pelan,
“Hari ke sembilan pulang kerja harus kemalaman sebab
terkurung hujan”.
Kutau kau tak tertarik, meski berkali-kali
kulirik, kau tak berkutik.
Mungkin memangku yang tak menarik, apalagi
cantik.
Atau haruskah ku mengeluarkan ponsel dan
mengetik,
“Bisa menatapku beberapa detik?”
Namun itu tak mungkin.
Kau pasti kan tetap dingin, dan aku yang hanya
kau anggap angin
Yang tak kau ingin.
Haaah… kupejam mata
Kutata kata-kata, merapal mantra, tuk ajakmu
bicara.
Mengakui beberapa rasa yang mulai ada,
sejak sembilan hari bersama menanti hujan reda.
Akankah aku berani? Dan maukah kau mengerti?
Atau bahkan kau malah menutup hati?
Dengan hadirku di sini, berdiri di sisimu
sebelah kiri.
Aku ingin kau tau,
Sudah ada rasa sesuatu, sejakku melihatmu,
bertemu denganmu.
Di tempat ini bersamamu. Mengakui perasaanku,
kesalahanku
Mencuri-curi waktu, sekedar melirikmu
Atau menciumi aroma khas tubuhmu.
“Aku jatuh cinta. Sejak pertemuan pertama.”
Semua mata menoleh ke arahku. Begitu juga denganmu
Kalian pasti menunggu, pada siapakah kalimat
tadi kutuju.
Jari-jariku, akhirnya menunjuk ke dadamu. J
(* beberapa hari ini (ga sampai 9 hari sih) kotaku
disapa hujan.
Terinspirasi
dari lirikan-lirikan para karyawan saat bersama-sama berteduh
Kali aja memang ada yang saling naksir. Tapi itu
bukan aku :p