Selasa, 23 Agustus 2016

Hujan dari Sudut Kamar

Aku masih duduk di titik sudut, tempat hanya dinginnya angin yang berani menyapaku. Tersungkur dalam ruang kosong penuh kehampaan bernama kenangan masa silam. Perlahan, kenangan mengutuk sukma dalam-dalam. Menghadirkan rasa yang telah lama ditinggalkan. Usang dalam balutan lawah kenangan.

Bahagia yang berada di masa yang telah ditinggalkan, memaksaku yang berada di masa ini kembali terenyuh akan kenangannya. Menyisakan bahwa kita pernah menggemakan tawa yang merdu bersama.

Ternyata bahagia serupa duduk di taman bunga, menunggui senja. Ternyata bahagia serupa sela-sela jemarimu yang dilengkapi hangat genggamannya.

Yang ada di sini, tidak ada lagi hangat dari sisa genggaman.

Yang ada langit yang begitu setia memuntahkan hujan. Membuat hari-hari basah oleh bulir-bulir yang menggenang. Dan aku, belum beranjak sama sekali dari sudut kamar, meminum secangkir kopi hitam panas untuk sekadar menghangatkan. Dengan kepala yang disesaki gumpalan kenangan yang belum juga lepas.

Continue reading