Aku masih duduk di
titik sudut, tempat hanya dinginnya angin yang berani menyapaku. Tersungkur
dalam ruang kosong penuh kehampaan bernama kenangan masa silam. Perlahan,
kenangan mengutuk sukma dalam-dalam. Menghadirkan rasa yang telah lama
ditinggalkan. Usang dalam balutan lawah kenangan.
Bahagia yang berada di
masa yang telah ditinggalkan, memaksaku yang berada di masa ini kembali
terenyuh akan kenangannya. Menyisakan bahwa kita pernah menggemakan tawa yang
merdu bersama.
Ternyata bahagia serupa duduk di taman bunga,
menunggui senja. Ternyata bahagia serupa sela-sela jemarimu yang
dilengkapi hangat genggamannya.
Yang ada di sini, tidak ada lagi
hangat dari sisa genggaman.
Yang ada langit yang begitu setia
memuntahkan hujan. Membuat hari-hari basah oleh bulir-bulir yang menggenang.
Dan aku, belum beranjak sama sekali dari sudut kamar, meminum secangkir kopi
hitam panas untuk sekadar menghangatkan. Dengan kepala yang disesaki gumpalan
kenangan yang belum juga lepas.