Kisah Sang Adik
Siapa yang tidak suka coklat, mie, es krim, dan makanan
ringan enak lainnya sejenis chiki? Ya, semua pasti tergiur ketika mendengarnya
saja, apalagi memang bisa menikmati lezatnya semua makanan tersebut. Namun,
semenjak hari itu, di mana ia mengalami sakit kepala yang amat dahsyat dan mata
kanan kabur pemandangannya, ia divonis dokter menderita penyakit rusaknya
jaringan sel otak (yang aku lupa nama dalam bidang kedokterannya). Pagi itu,
seperti biasa dia belajar di sekolah, namun tiba-tiba kepalanya sakit dan
beristirahat di ruang UKS, namun lama kelamaan sakitnya semakin hebat dan
dahsyat. Alhasil dia dibawa ke UGD. Di UGD dia diberi obat dan disuruh
istirahat. Sampai akhirnya dia tidak apa-apa dan merasa baik. Akhirnya pulang
dan besoknya periksa mata. Namun kata dokter mata semua normal. Langkah
selanjutnya dibawa periksa ke bagian neurologi, atau saraf. Dan di sanalah
diketahui sakitnya. Semenjak peristiwa senin pagi itu, segala kenikmatan dunia
yang selama ini bebas dinikmatinya, kini harus menjauhinya demi kesembuhan dan
menghindari dari penyakit yang lebih parah agi; stroke.
Dia adikku yang sebentar lagi berusia 15 tahun (18 November
nanti). Dia anak laki-laki satu-satunya orang tuaku, dan dia anak bontot alias
bungsu. Dia pintar, dari SD selalu juara 1/2. Tidak hanya prestasi bidang
akademik, di olah raga dia juga pernah menorehkan prestasi yang gemilang.
Pernah 8 besar tingkat nasional saat PORSENI tingkat SD. Intinya, dia adalah kebanggan
dan harapan besar orang tuaku.
Namun, ada gairah yang melemah kulihat dari dirinya semenjak
vonis dokter itu. Kuperhatikan dia sering melamun dan jadi sering tidur siang
(padahal biasanya susah sekali untuk tidur siang). Dia dilarang makan makanan yang enak-enak
tadi, selain itu dia tidak boleh terlalu capek, banyak pikiran apalagi sampai
stres, dia juga harus menjaga agar kepalanya jangan sampai terbentur
sedikitpun. Meskipun ketika sedang bermain takraw, juga tidak boleh menatap
layar PC terlalu lama.
Kemarin, selama lebih kurang empat hari aku bersamanya. Aku
yang memang cuek bukan tidak memperhatikan adikku itu. Kulihat daya pikirnya
mulai melemah, dia yang pintar dan biasanya cekatan terlihat sangat lamban.
Bahkan ketika bermain game saja. Ada perasaan haru dan menyesali keadaannya
sekarang. “kenapa adikku harus seperti ini?”
Entahlah, dengan takdirNya, Tuhan memang selalu punya
rencana yang luar biasa untuk umatnya. Aku hanya berharap Tuhan memberikan
kesembuhan padanya dan memanjangkan umurnya. Karena dia adikku satu-satunya
yang tidak akan pernah bisa digantikan oleh siapa pun. Aku selalu ingat candaan
dan gurauan nakalnya yang bikin geregetan, duh... semua begitu mengharukan
apabila harus kuingat lagi.
Buliran hangat penuh kasih ini meleleh hanya untukmu dek,
kamu tahu kakak sangat sukar untuk menangis. Tapi mengingatmu, dia seolah
mendesak untuk keluar, meski telah kupaksa untuk berhenti.
Kisah nyata yg pahit
BalasHapus