Senin, 07 November 2011

...

Kisah Sang Adik

Siapa yang tidak suka coklat, mie, es krim, dan makanan ringan enak lainnya sejenis chiki? Ya, semua pasti tergiur ketika mendengarnya saja, apalagi memang bisa menikmati lezatnya semua makanan tersebut. Namun, semenjak hari itu, di mana ia mengalami sakit kepala yang amat dahsyat dan mata kanan kabur pemandangannya, ia divonis dokter menderita penyakit rusaknya jaringan sel otak (yang aku lupa nama dalam bidang kedokterannya). Pagi itu, seperti biasa dia belajar di sekolah, namun tiba-tiba kepalanya sakit dan beristirahat di ruang UKS, namun lama kelamaan sakitnya semakin hebat dan dahsyat. Alhasil dia dibawa ke UGD. Di UGD dia diberi obat dan disuruh istirahat. Sampai akhirnya dia tidak apa-apa dan merasa baik. Akhirnya pulang dan besoknya periksa mata. Namun kata dokter mata semua normal. Langkah selanjutnya dibawa periksa ke bagian neurologi, atau saraf. Dan di sanalah diketahui sakitnya. Semenjak peristiwa senin pagi itu, segala kenikmatan dunia yang selama ini bebas dinikmatinya, kini harus menjauhinya demi kesembuhan dan menghindari dari penyakit yang lebih parah agi; stroke.
Dia adikku yang sebentar lagi berusia 15 tahun (18 November nanti). Dia anak laki-laki satu-satunya orang tuaku, dan dia anak bontot alias bungsu. Dia pintar, dari SD selalu juara 1/2. Tidak hanya prestasi bidang akademik, di olah raga dia juga pernah menorehkan prestasi yang gemilang. Pernah 8 besar tingkat nasional saat PORSENI tingkat SD. Intinya, dia adalah kebanggan dan harapan besar orang tuaku.
Namun, ada gairah yang melemah kulihat dari dirinya semenjak vonis dokter itu. Kuperhatikan dia sering melamun dan jadi sering tidur siang (padahal biasanya susah sekali untuk tidur siang).  Dia dilarang makan makanan yang enak-enak tadi, selain itu dia tidak boleh terlalu capek, banyak pikiran apalagi sampai stres, dia juga harus menjaga agar kepalanya jangan sampai terbentur sedikitpun. Meskipun ketika sedang bermain takraw, juga tidak boleh menatap layar PC terlalu lama.
Kemarin, selama lebih kurang empat hari aku bersamanya. Aku yang memang cuek bukan tidak memperhatikan adikku itu. Kulihat daya pikirnya mulai melemah, dia yang pintar dan biasanya cekatan terlihat sangat lamban. Bahkan ketika bermain game saja. Ada perasaan haru dan menyesali keadaannya sekarang. “kenapa adikku harus seperti ini?”
Entahlah, dengan takdirNya, Tuhan memang selalu punya rencana yang luar biasa untuk umatnya. Aku hanya berharap Tuhan memberikan kesembuhan padanya dan memanjangkan umurnya. Karena dia adikku satu-satunya yang tidak akan pernah bisa digantikan oleh siapa pun. Aku selalu ingat candaan dan gurauan nakalnya yang bikin geregetan, duh... semua begitu mengharukan apabila harus kuingat lagi.
Buliran hangat penuh kasih ini meleleh hanya untukmu dek, kamu tahu kakak sangat sukar untuk menangis. Tapi mengingatmu, dia seolah mendesak untuk keluar, meski telah kupaksa untuk berhenti.
Share:

1 komentar: