Rabu, 28 September 2011

Ayah, Maafkan aku!

Tirta duduk melamun di depan jendela kamarnya. Bunyi petir bernyanyi liar menggema di sudut ruangan, bulir-bulir tangis awan membasahi bumi. Melalui tetes-tetes air yang jatuh dari atap rumah, Tirta menembus jalanan yang basah, menerawang jauh menerobos padang yang basah oleh hujan, melewati genangan-genangan air, merasakan betapa hangatnya suasana rumahnya saat itu. Hujan deras yang mengguyur halaman...

Continue reading

Senin, 19 September 2011

SEBINGKAI SURAT UNTUK KAKAK

            Kutahan amarah kala itu, sebelum subuh menjelang ia memecahkan keheningan gubuk terindahku. Merinding bulu romaku, naik nafsu amarahku, memanas telingaku. Benar-benar memuakkan kalimat kasarnya itu  terdengar. Aku benar-benar tak mengerti mengapa seorang Anton begitu tega berkata-kata kasar kepada ibunya sendiri hanya gara-gara...

Continue reading