Ni Eli datang lagi, tapi kali ini tidak dengan suara parau dan lelehan
air mata. Ia lebih banyak diam dan sesekali batuk. Keras sekali. Kulihat bapak
sesekali terkejut juga mendengarnya. Mungkin batuk yang sangat keras itulah
yang menjadi senjatanya kali ini. Ah, bicara soal senjata Ni Eli yang
kukira-kira sendiri itu, lebih baik tidak lagi kuberi tahu pada bapak. Karena beliau
pasti akan langsung...