Minggu, 16 November 2014

Bapakku

Ni Eli datang lagi, tapi kali ini tidak dengan suara parau dan lelehan air mata. Ia lebih banyak diam dan sesekali batuk. Keras sekali. Kulihat bapak sesekali terkejut juga mendengarnya. Mungkin batuk yang sangat keras itulah yang menjadi senjatanya kali ini. Ah, bicara soal senjata Ni Eli yang kukira-kira sendiri itu, lebih baik tidak lagi kuberi tahu pada bapak. Karena beliau pasti akan langsung...

Continue reading