Haaah, rindu keluarga di kampung, rindu papa… laki-laki yang amat
kucintai, karena Allah.
Bagaimana tidak? Lelaki panutanku itu sungguh sempurna di mataku. Dengan
agama yang kuat, kepintaran yang mengagumkan, kebijaksanaannya yang
membanggakan, dan segala sikap baiknya yang membuat terharu…
Lelaki kedua yang kucintai, jelas ia adikku satu-satunya.
Ya, meski kami sering berkelakar sampai sesekali bertengkar,
bagaimanapun aku sangat mencintainya karena Allah…
Di usianya yang masih muda (kelas 1 SMA), di masa remajanya (yang remaja
lain seusianya banyak menghabiskan waktu mereka untuk hura-hura) adikku sudah
menyibukkan diri beribadah dan memperdalam ilmu agamanya (aku bahkan sering
malu dengan diriku sendiri). Dia juga anak yang sangat pintar. Tak heran begitu
banyak teman-teman perempuannya yang mencoba mendekatiku untuk mengambil
hatiku. Adikku kawan yang setia dan sejati.
Dan, untuk lelaki ketiga yang akan kucintai karena Allah, jelas aku
menginginkan yang tak jauh-jauh dari dua lelaki hebat sebelumnya. Jelas, yang
pertama dia harus mencintai Allah (aku menghargai ia yang taat beragama), yang
kedua, aku inginkan ia yang luas wawasannya, agar ia bisa jadi ensiklopediku
apabila ada hal yang aku belum ketahui (heheee), kalau agama dan inteleknya
baik, jelas kepribadiannya akan baik, dan dari wajahnya akan terpancar
ketampanan iman dan intelek.
Aku tidak berani bermimpi jika aku bukanlah perempuan yang baik. (Ingat,
perempuan yang baik adalah untuk lelaki yang baik juga). Jelas aku sangat
memiliki itu sebagai peganganku. Selama ini, aku sangat menjaga pergaulanku,
juga kesucianku tentunya, aku bahkan rela dibilang katrok, sok suci, dan
kampungan (its oke) karena belum sekalipun mau mengecap pacaran. Ya… aku tak
suka dengan hubungan yang mendekati zina itu.
Diimami papa, jangan ditanya, sudah teramat sering. Diimami adik, aku
juga sering, lelaki ketiga, pecinta Allah yang masih dirahasiakan untukku, aku
masih menanti untuk kau imami shalatku. J
0 komentar:
Posting Komentar