Jumat, 05 September 2014

#JikaAkuMenjadi Part 2

#JikaAkuMenjadi

Pagi sekali, aku dibangunkan oleh bunyi getar di atas meja belajarku. Alarm yang sengaja ku stel di pukul 4 telah menjalankan amanahnya. Aku bangkit dan terdiam duduk di pinggir tempat tidurku, entah kenapa bayang-bayang tugas mata kuliah profesor ** yang harus kuselesaikan dalam waktu dua minggu ini terasa berat dan membebankan. Iya sih, tugasnya adalah tugas untuk kami sekelas (aku hanya perwakilan teman kelas), tetapi bagiku, membuat instrumen itu nggak gampang lah yaa, makanya sampai-sampai bikin tidur kurang enaknya.
Teringat pula perbincanganku dengan ketiga temanku di kelas waktu itu, mereka mengeluhkan susahnya mereka harus membagi waktu untuk kuliah, dan mereka menanyakan aku.
“Kamu, kok keliatannya nyantai saja sih? Eh.. taunya tugas udah selesai aja”. (haduh, padahal nggak nyantai juga kali)
“Ya, kan aku udah punya waktu full untuk kuliah, karena merasa aku harus fokus di kuliah makanya aku resign dari bimbel. Ya… ingat kata-kata profesor ** ketika tes wawancara sih, aku Cuma dikasih jatah 3 semester untuk kuliah. Ya… meskipun nggak ada peraturan mahasiswa nggak boleh kuliah lebih dari 3 semester, tapi aku mau wujudkan keinginan itu. Kenapa prof bilang gitu, kan karena prof percaya sama aku.”
“Ya deh… yang mantan mahasiswanya profesor **. Eh… btw kamu nyambung kuliah supaya apa?”
“Ya, kalau bisa sih, aku pengen banget jadi dosen.”
“Itu cita-cita kamu?”
“Jujur sih nggak, dulu nggak sempat terfikirkan untuk jadi dosen sih, cuma sejak aku kuliah, ngeliat dosen itu keren banget ya, ngajarnya orang-orang yang udah gede, orang-orang yang berasa sok dewasa, kayak kita, hehe… jadi ya… jadi kepengen deh jadi dosen.”
“Jangan-jangan terinspirasi dari profesor ** lagi ya, kamu?”
“Hehe.. iya.”
Iya, memang! Mungkin ketika aku kuliah strata 1 dulu, tidak semua teman-teman yang suka sama profesor A******I, entahlah setiap orang memang memiliki alasan sendiri kenapa ia menyukai dan tidak menyukai seseorang, termasuk aku. Tetapi bagiku prof ** itu adalah inspirasi. Gimana nggak, masih muda udah jadi profesor (aku nggak tau sih, kapan bapak itu jadi profesor, tapi yang aku tau, ketika awal kuliah dulu (tahun 2009) bapak itu udah jadi profesor, dan terlihat sangat muda (seperti masih umur 40 tahun) meski sekarang aku udah tau kalau beliau kelahiran tahun 1959 (berarti bukan umur 40) tetapi beliau tetap keren lah. Terus, profesor ** itu pintar banget, buku yang ditulisnya jangan ditanya, wawasannya juga luas banget, jadi ngiriiiii…. Kepengen sepintar itu jugaaaa…

Nah, #JikaAkuMenjadi Dosen nanti, aku ingin jadi dosen yang seperti profesor A******I, pintar, wawasan luas, rapi, awet muda pula, hehe. Tapi aku tambahin, aku juga bakal jadi dosen yang memahasiswa (kalau pemimpin kan merakyat) maksudnya dekat gitu, sama mahasiswa, dosen yang mau membantu –tidak mempersulit– mahasiswa, dosen yang tidak pelit nilai, dosen pembimbing (tugas akhir: skripsi/tesis) yang mudah dicari (nggak susah dicari, bahkan suka keluar kota atau negara), dan yang jelas, aku mau jadi dosen yang menginspirasi mahasiswanya, seperti profesor ** yang telah menginspirasiku.
Share:

5 komentar:

  1. waaah kakak lanjut S2 yaa ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. s2 itu apa? apa? apa?
      hehe... iya nih. doakan semoga cepat lulus yaaaa :D

      Hapus
    2. Aamiin...
      ngak ngajak-ngajak Kakak, Haha :P

      Hapus
    3. hahaa..
      mau ngajak siih, tapi males barengan aah, ntar kak ga jadi senior lagi kalau kita barengan..
      Hendri masuk semester depan aja yaaa :p

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus