ini tentang bagaimana aku mulai membiasakan otakku tidak lagi mengingat namamu...
berawal dari kenyataan pedih yang kucerminkan dari tatapan nanarku ke atap kamar kecilku, membaca dalam lubuk hatimu yang ternyata memang sudah lama ingin mengucapkan selamat tinggal. demi rasa kasihku, aku masih ingin bertahan, deminya pula aku masih mengasihimu, sampai detik aku menuliskan kepingan-kepingan kalimat rintihanku ini.
namun, aku tidak bisa hanya mengutamakan "demi" yang aku agung-agungkan! ini persoalan hati, kamu, aku, KITA!
memang benar katamu, waktulah yang nantinya yang akan membawa kita ke kata perpisahan itu, dan sekarang itu semua benar terjadi.
sulit sekali tidak lagi bisa memandangmu dengan kebiasaanku, sulit untuk tidak lagi memperhatikanmu, dengan setiap jengkal aliran kalimatku. sulit melepaskan bayang-bayangmu pada setiap anggukan senjaku...
yah, janji bertahun yang kutunggu itu tak kunjung ada yang sanggup memenuhinya untukku...
otakku mulai panik! ia mulai bereaksi lain..
meski sudah banyak larangan-larangan agar tidak lagi memikirkanmu (yang sudah mengakhiri kisah denganku) namun ia masih saja dengan nakal mengingat jadwal bangun tidurmu, jadwal sarapanmu, sampai jadwalmu tidur kembali, meski tanpa komando lagi...
akhirnya, setelah bertahun lamanya kepanikan menguasai otakku, setelah kewarasan hampir tak kukenal lagi,
aku menemukan cahaya itu, cahaya di mana aku tak bisa terus-tersuan begini.
aku tak mungkin menunggu yang tak ingin ditunggu, aku tak mungkin berharap pada yang tak memberi harap,
dan, hatiku mulai bereaksi (meski terlambat).... ia mulai sadar tiada arti semua tangis, air mata, ratapan, dan perasaan kehilangan yang terbuang percuma...
kini, setelah sekian lama dengan usahanya, ia tak lagi merindukanmu...
ini sungguh! tak ada lagi waktu merenungkan yang dahulu...
kamu, sepenggal kisah masa lalu yang memberi harapan baru pada kehidupan baru
Minggu, 26 Mei 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar